Filsafat
Pendidikan Pengetahuan Ilmu Sosial dapat disimpulkan bahwa mengandung prinsip
pendidikan yang mempunyai tujuan (Perennialism); prinsip kesinambungan
pengalaman kebudayaan (Essentialism) dalam kehidupan dan prinsip bahwa proses
budaya dimungkinkan oleh tindakan ”intelligence
reflective thinking” serta bagian
dari integral dalam proses pendidikan sosial (Progressivism). Secara aksiologi bahwa pendidikan
menekankan pada aktivitas yang memiliki nilai dan makna serta ditransformasi
kepada peserta didik. Aktivitas tersebut dilakukan juga dengan
menginternalisasikan pendidikan dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu,
makna yang terdapat secara aksiologi meliputi simbolik, emperic, esthetic,
synetic, ethics and synoptics. Makna pada symbolic meliputi pendidikan bahasa,
matematika. Empiris meliputi lingkungan fisik (kimia, fisika biologi,) dan
lingkungan sosial, lingkungan psikologi dan budaya. Esthetic meliputi musik ,
satra, seni gerak Synnoetic meliputi drama, pembahasan tentang film dan
berbagai jenis cerita. Ethics yakni pendidikan kesadaran untuk menghormati dan
mematuhi secara sukarela norma dan nilai – nilai yang ada. Synoptics yakni
pendidikan yang berkaitan dengan sejarah, filsafat dan agama yang dimaksudkan
sebagai bekal mengintegrasikan seluruh pengetahuan yang dimiliki. Hal ini yang
mendorong peserta didik bisa menyelesaikan persoalan yang dihadapi secara
inovatif dan kreatif. Berdasarkan tinjauan filosofis, kajian Pendidikan IPS
dibangun secara sinergis, integratik, dan
sistemik yang mampu merefleksikan ”realitas dinamis” dari Pendidikan IPS.
Secara teoritik pengkajian integratif
sangat penting dan mendasar untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami
fenomena sosial. Oleh sebab itu, peserta didik bisa membaca dan memahami makna
sosial yang terjadi.
Filsafat
Pendidikan Pengetahuan Ilmu Sosial secara Ontologis
menekankan bahwa pendidikan harus dilakukan secara konsisten dan memandang
manusia sebagai makhluk yang rasional serta sadar akan nilai. Secara ontologi
peserta didik diajarkan dalam mengembangkan kemampuan penalaran secara
rasional, analitis dan kritis. Peserta didik diajarkan berpikir secara logika
yang mampu berperan dan merespon persoalan kehidupan masa depan. Filsafat
Pendidikan Pengetahuan Ilmu Sosial secara ontologi lebih melihat bahwa peserta
didik memiliki pandangan yang tidak hanya masa sekarang akan tetapi masa yang
akan datang. Secara tidak langsung peserta didik mampu berperan dan merespon
kehidupan terutama dalam menghadapi tantangan pada tahun 2045 yang merupakan
100 tahun Indonesia merdeka atau disebut Indonesia emas.
Filsafat
Pendidikan Pengetahuan Ilmu Sosial secara Epistemologis
menekankan bahwa para peserta didik dan pendidik perlu memahami ilmu yang
dikembangkan berdasarkan ajaran agama dan dikembangkan oleh manusia dengan pemanfaatan
indera dan intelektualitasnya. Hal ini memperlihatkan bahwa pendidikan IPS
mengajarkan pada sumber pengetahuan yang diperoleh dan merenung tanda-tanda kekuasaan Tuhan untuk dijadikan pembelajaran
termasuknya pedoman kehidupan. Oleh sebab itu, terdapat tujuan pendidikan
nasional yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.”
No comments:
Post a Comment