Pengembangan kepedulian anak terhadap lingkungan pada
gambar di atas dibagi dalam tahapan pertumbuhan usia anak yakni masa balita,
masa prasekolah, masa sekolah dan usia remaja keatas. Tahapan
perkembangan ini sejalan dengan
perkembangan kognitif anak
menggambarkan tingkat kemampuan anak dalam berpikir. Menurut Piaget yang
dikutip dalam Yudha M. Saputra dan Rudyanto (2005: 162), “perkembangan kognitif
anak terbagi menjadi 4 tahapan yaitu, sensorimotor (0-2 tahun), praoperasional
(2-7 tahun), operasional konkrit (7-11 tahun) dan operasional formal (11-6
tahun).
Anak yang berada pada tahap “infancy” atau masa sensorimor (0-2 tahun), dimana masa ini anak
belajar mengenal lingkungan melalui sensorimotor. Belum ada pengetahuan yang
dibangun. Tahap ini anak atau bayi belajar tentang diri dan dunia mereka dengan
mengembangkan aktivitas sensori dan motor mereka. Bayi merespon melalui gerakan-gerakan
dan tindakan fisik yang dilakukan pada mereka. Jenis sistem referensi dan
representasi topografi yang digunakan masih pada tahap egosetrisme, yakni anak
mengasumsikan bahwa semua orang lain berfikir, mempersepsi dan merasa hal yang
sama dengan mereka.
Tahapan selanjutnya adalah ”Preschool” atau pra-operasional (2-7 tahun). Tahap praoperasional (praoperational stage), merupakan
tahap masa kanak-kanak awal dari perkembangan kognitif
karena anak pada usia ini belum siap untuk melakukan operasi mental yang logis,
yang mana baru bisa mereka lakukan pada saat mencapai tahap konkret operasional
pada masa kanak-kanak. Tahap ini berlangsung pada usia sekitar 2 hingga 7
tahun. Yang ditandai oleh ekspansi yang besar dalam penggunaan
pemikiran-pemikiran simbolis, atau kemampuan representasi yang pertama kali
muncul pada akhir thap sensorimotorik. Berikut beberapa kemajuan-kemajuan
kognitif dan aspek-aspek ketidak matangan pemikiran praoperasional. Pada tahap ini, pengenalan terhadap lingkungan juga mengikuti
perkembangan mental si anak baim itu pengembangan pengetahuan umum, tingkat
pengetahuan spasial, akan dibangun, dan jenis
sistem referensi dan representasi topografi.
Tahapan yang selanjutnya adalah “Middle Childhood” atau operasional
konkrit (7-11 tahun). Pada masa ini anak
mampu berpikir secara analisis dan sintesis, deduktif dan induktif (mampu
berpikir bagian per bagian), 2) perkembangan sosial, anak mulai ingin
melepaskan diri dari orangtuanya. Anak sering bermain di luar rumah bergaul
dengan teman sebayanya, 3) anak mulai menyukai permainan yang melibatkan banyak
orang dengan saling berinteraksi,
4) perkembangan emosi anak mulai berbentuk dan tampak sebagai bagian dari
kepribadian anak. Dengan demikian
perkembangan kepedulian anak terhadap lingkungan juga berkembang bersamaan
dengan perkembangan pola pikir kognitif anak.
Tahapan terakhi adalah “Adoleiscence and Beyond” atau
pada tahap remaja, umur sebelas tahun keatas. Pada masa ini pengembangan
pengetahuan umumnya berkembang dengan pesat, dimana anak pada usia ini sudah
bisa berfikir abstrak. Tingkat pengetahuan pada spatial sudah berada pada
konsep formal. Pada usia ini ditandai dengan anak lebih aktif bertanya kepada Anda
mengenai banyak hal. Hal ini disebabkan anak mungkin mulai memiliki
ketertarikan pada banyak hal secara bergantian. Tingkat pengenalan terhadap lingkungan sudah bisa membedakan ruang atau
spatial.
Daftar
Sumber:
D.E.,Olds,
S.W., & Feldman R.D. Karta: Erlangga. (2009). Human Development, edisi 10 Perkembangan
Manusia. Jakarta: Salemba Humanika.
Dian
Andesta Bujuri. 2018. Analisis
Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar dan Implikasinya dalam Kegiatan Belajar
Mengajar. LITERASI, 9(1), 37-50.
No comments:
Post a Comment