Sunday, December 10, 2017

Mata Pencarian Penduduk Nagari Sisawah



Nagari Sisawah merupakan salah satu nagari di Kecamatan Sumpur Kudus yang memiliki luas wilayah 11.286 hektar, wilayahnya terdiri dari dataran tinggi yang didominasi oleh hutan seluas 5.247 hektar, perkebunan seluas 2.318 hektar, ladang/tegalan seluas 1.585 hektar dan sebagain kecil dataran rendah yang terdiri dari areal persawahan 220 hektar, pemukiman penduduk 1.291 hektar, dan lahan yang belum diusahakan seluas 625 hektar. Kondisi demikian menyebabkan keadaan perekonomian masyarakat bergantung pada perkebunan, ladang dan sawah.
Keadaan alam dan potensi suatu wilayah cenderung mempengaruhi kebiasaan, pola pikir dan mata pencarian penduduk suatu tempat. Melihat kondisi topografi nagari Sisawah umumnya berbukit-bukit, terletak pada hutan. Maka mata pencarian penduduk nagari Sisawah yang dominan adalah sebagai petani, baik itu petani karet, sawah, kebun maupun berladang dengan membuka lahan hutan, hal ini dibuktikan dengan banyaknya pedagang pribumi menjual hasil ladangnya di pasar nagari. [1]
Selain pertanian, Aliran batang Sumpur  dimanfaatkan masyarakat untuk mata pencaharian dan sumber ekonomi masyarakat di sepanjang sungai ini, termasuk nagari Sisawah yaitu mengambil batu, pasir, kerikil, menangkap ikan, dan sebagian kecil pertambangan emas, biasanya mereka mengeksploitasi emas secara tradisional “Mendulangsehingga sampai saat sekarang air di sepanjang sungai batang Sumpur ini masih terjaga dari pencemaran lingkungan maupun zat kimia.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No
Jenis Pekerjaan
Tahun
1998
2003
2008
2013
1
Petani
1310
1220
1230
1187
2
PNS
5
15
27
52
3
Wiraswasta
29
21
24
45
4
Pedagang
56
65
63
43
5
Pertukangan
47
55
45
27
6
Pertambangan dan Galian
-
48
75
122
7
Buruh Tani
31
29
35
30
8
Sopir
15
49
30
32
9
Pelayanan Jasa
36
38
20
24
10
Kerajinan
 0
21
15
8
11
Lain-lain
10
10
11
13
Total
1599
1571
1575
1583
Sumber : Kantor Wali Nagari Sisawah
Dilihat dari gambaran tabel diatas mata pencarian penduduk nagari Sisawah yang paling dominan adalah petani. Petani yang memiliki ladang atau kebun, hasil tanamannya dijual di pasar nagari Sisawah. Seminggu sekali hasil pertanian dijual dipasar dengan cara menggelarkan dagangannya. Sejak munculnya pasar Ambek dan pasar Senggol yang berkembang tahun 2005, penduduk banyak yang menjual hasil ladang dan kebunnya di pasar ambek dan Senggol karena dinilai lebih praktis dan paling penting dagangannya laku terjual.  Disamping sebagai petani, sebagian penduduk Sisawah membuat kerajinan berupa berbagai macam Tudung, seperti Tudung Tani[2] danTudung Nasi, Niru yang digunakan untuk pemisah sekam padi dengan beras, Kahayan, Tangguk, Ketiding. [3] Barang-barang ini biasanya dipasarkan di Pasar nagari Sisawah. Barang-barang ini bahkan dipesan oleh penduduk diluar Sisawah karena kerajinan seperti tudung nasi yang dihiasi lukisan dan hiasan emas hanya ada di Sisawah. Dagangan ini salah satu ciri khas pasar Nagari Sisawah diminati banyak konsumen.
Perkembangan teknologi dan zaman, pergeseran penggunaan peralatan hidup sehingga peralatan  tradisional yang biasa digunakan, mulai ditinggalkan masyarakat.  Misalnya dahulu orang pergi kepasar dengan jalan kaki, maka digunakan ketiding, tapi pada saat sekarang, kemana-mana sudah menggunakan kendaraan, otomatis ketiding tidak dibutuhkan lagi. Begitu juga dengan kahayan, sekarang untuk menggiling padi sudah memakai Heller,  proses penggilingan sudah bagus, jadi kahayan tidak digunakan lagi. Periode-periode berikutnya sektor pertanian juga masih menonjol sebagai pekerjaan penduduk Nagari Sisawah.
Dibandingkan tahun periode 2003, pada tahun 2008 ini dilihat dari persentase pekerjaan, perekonomian penduduk mengalami penurunan karena harga Karet turun yakni Rp. 2000-5000 /kg, karena penduduk Nagari Sisawah pada umumnya adalah petani karet, dan galian emas. Ditinjau dari segi ekonomi apabila pada harga karet naik, maka kondisi ekonomi masyarakat membaik.[4] Ditambah dampak  bencana alam berupa banjir yang disertai longsor, banyak merusak lahan pertanian penduduk di sebagian besar jorong-jorong di Nagari Sisawah, terutama Jorong Kabun dan Jorong Rumbai tahun 2004 silam.[5] Pada tahun 2010, harga karet mengalami peningkatan dengan harga Rp.15.000 – 20.000/kg,  kondisi perekonomian penduduk nagari Sisawah mulai membaik, seperti yang terlihat pada tabel diatas banyak petani yang beralih pekerjaan menjadi pengumpul dan pedagang karet sekaligus tetap menjalankan pekerjaan sebagai penyadap karet.[6]

Mata pencarian penduduk Sisawah yang dominan dari tahun 1998-2013 adalah Petani, akan tetapi persentase jenis pekerjaan lainnya, sudah mengalami peningkatan seperti PNS 3.49 %, pedagang 3.35 % dari periode tahun sebelumnya. Perkembangan perekonomian penduduk nagari Sisawah terlihat naik turun dari tahun 1998 – 2013, karena tergantung harga karet dan dipengaruhi oleh faktor-faktor alam serta kebijakan yang sedang berlaku yang nantinya berdampak keharmonisan kerukunan bermasyarakat.
Sejak tahun 2008, pekerjaan penggalian emas lebih banyak diminati penduduk Sisawah karena lebih menjanjikan dan bisa dikerjakan sebagai pekerjaan pengganti ketika harga karet turun dan musim hujan. Tahun 2012 -2013 pekerjaan penggalian emas semakin diminati, harga karet semakin turun. Namun tidak semua penduduk punya keahlian mencari emas, sehingga persentase tingkat perekonomian masyarakat nagari Sisawah tetap mengalami penurunan.




[1] Wawancara dengan Helgendri Sekretaris Nagari Sisawah Tanggal 19 Februari 2014
[2] Tudung berarti penutup, digunakan masyarakat untuk menutupi kepala yang dinamakan tudung tani. Tudung terbuat dari daun Rumbia yang jemur dan dihaluskan, untuk kerangkanya dibuat dari rotan. Bentuknya seperti topi tetapi daunnya agak lebar.
[3] Tudung nasi biasanya digunakan masyarakat untuk menutupi talam nasi untuk acara adat, maupun acara berkaur di nagari Sisawah. Kahayan digunakan untuk memisahkan butiran padi dengan beras, biasanya terbuat dari rotan, berbentuk kubus segi empat. Untuk tangguk digunakan untuk menangkap udang atau ikan yang terbuat dari tali rafiah yang dijalin dan dipinggirnya terbuat dari rotan, biasanya berbentuk segi tiga atau segi empat, fungsinya sama dengan jaring. Sedangkan Ketiding terbuat dari anyaman bambu, berbentuk segi empat, tetapi jari-jari dan volumenya lebih besar dan lebih tinggi. Biasanya digunakan masyarakat Nagari Sisawah sebagai tempat belanjaan dari pasar nagari Sisawah, dibawa dengan diletakkan diatas kepala atau dikenal dengan istilah dijujung dengan kepala.
[4] Wawancara dengan Ervenely, selaku Wali Nagari Sisawah pada tanggal 27 Februari 2014
[5] LPJ Wali Nagari Sisawah kecamatan Sumpur Kudus  tahun 2004
[6] Wawancara dengan Ervenely, selaku wali nagari Sisawah pada tanggal 27 Februari 2014 dan Kadirun selaku Pedagang Pengumpul Karet sekaligus petani Karet pada tanggal 25 Februari 2014

PENDIDIKAN IPS SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN KARAKTER

  Pengertian dan Hakikat Nilai 1.      Pengertian Nilai Nilai merupakan sebuah dasar atau tolak ukur dalam bertingkah laku, bersikap dan...