Wednesday, November 9, 2022

PENDIDIKAN IPS SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN KARAKTER

 Pengertian dan Hakikat Nilai

1.     Pengertian Nilai

Nilai merupakan sebuah dasar atau tolak ukur dalam bertingkah laku, bersikap dan bertingkah baik secara sadar atau tidak sadar. Nilai juga diartikan sebagai alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa "cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan.[1] Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang.

2.     Hakikat Nilai

Menurut Kattsoff dalam Soejono Soemargono bahwa hakekat nilai dapat dijawab dengan tiga macam cara: Pertama, nilai sepenuhnya berhakekat subyektif, tergantung kepada pengalaman manusia pemberi nilai itu sendiri. Kedua, nilai merupakan kenyataan-kenyataan ditinjau dari segi ontologi, namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai - nilai tersebut merupakan esensi logis dan dapat diketahui melalui akal. Ketiga, nilai-nilai merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan.

Mengenai makna nilai Kattsoff mengatakan, bahwa nilai menpunyai beberapa macam makna. Sejalan dengan itu, maka makna nilai juga bermacam-macam. Rumusan yang bisa penulis kemukakan tentang makna nilai itu adalah bahwa sesuatu itu harus mengandung nilai (berguna), merupakan nilai (baik, benar, atau indah), mempunyai nilai artinya merupakan objek keinginan, mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan orang mengambil sikap „menyetujui‟ atau mempunyai sifat nilai tertentu, dan memberi nilai, artinya menanggapi seseuatu sebagai hal yang diinginkan atau sebagai hal yang menggambarkan nilai tertentu[2]

 

B.    PIPS sebagai Pendidikan Nilai

Pendidikan nilai menurut Mulyana (2004:119) adalah pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar menyadari kebenaran, kebaikan, dan keindahan melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten. Pendidikan nilai dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannyasecara integral dalam kehidupan. Secara khusus menurut APEID (Asia and the PasificProgramme of Educational Innovation for Develompement) pendidikan nilai ditujukan untuk :1) Menerapkan pembentukan nilai kepada anak, 2) Menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan, 3) Membimbing perilaku yangkonsisten dengan nilai-nilai tersebut.

Pendidikan IPS (Social Studies) menurut Mayhood dkk., (1991: 10), “TheSocial Studies are comprissed of those aspests of history, geography, and pilosophywhich in practice are selected for instructional purposes in schools and collegs”National Council for the Social Studies (NCCS) memberikan definisi yang lebihtegas, seperti yang dikutip Catur (2004), bahwa IPS sebagai “the study of political,economic, culturals, and environment aspects of societies in the past, present andfuture” Noman Somantri memberikan penjelasan PIPS adalah suatu syntheticdiscipline yang berusaha untuk mengorganisasikan dan mengembangkan substansiilmu-ilmu sosial secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Maknasynthetic discipline, bahwa PIPS bukan sekedar mensistesiskan konsep-konsep yangrelevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial, tetapi jugamengkorelasikan dengan masalah-masalah kemasyarakatan, kebangsaan, dankenegaraan. Secara lebih tegas, bahwa Pendidikan IPS memuat tiga sub tujuan, yaitu;Sebagai pendidikan kewarganegaraan, sebagai ilmu yang konsep dan generalisasinyadalam disiplin ilmu-ilmu sosial, dan sebagai ilmu yang menyerap bahan pendidikandari kehidupan nyata dalam masyarakat kemudian dikaji secara reflektif.

Tujuan pendidikan IPS secara umum adalah menjadikan peserta didik sebagai warga negara yang baik, dengan berbagai karakter yang berdimensi spiritual, personal, sosial, dan intelektual (Soedarno Wiryohandoyo, 1997). PIPS menurut NCCS mempunyai tujuan informasi dan pengetahuan (knowledge and information),nilai dan tingkah laku (attitude and values), dan tujuan keterampilan (skill): sosial, bekerja dan belajar, kerja kelompok, dan ketrampilan intelektual (Jarolimelc, 1986:5-8). Menurut Awan Mutakin (1998), tujuan dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk mengembangkan siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadidi masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpanganyang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci bahwa tujuan IPS adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar :1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya,melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. 2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial. 3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat. 4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampumembuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat. 5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun dirisendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.Berdasarkan konsep dan tujuan IPS dapat dirangkum bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi tema-tema. 1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan, 2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan. 3) Sistem Sosial dan Budaya , dan 4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

Berdasarkan penjelasan tentang hakikat pendidikan di atas, maka sesungguhnya pendidikan IPS dengan pendidikan nilai adalah bagai dua sisi mata uang logam. Sangat banyak kesempatan untuk saling memadukan dalam pembelajaran IPS dan nilai. Strategi apa saja yang dapat dilakukan untuk melaksanakan pendidikan nilai dalam pembelajaran IPS? Muncul pertanyaan, di mana dan bagaimana kita melakukan pendidikan nilai? Untuk memperjelas jawaban di atas, kita dapat melihat berbagai status pendidikan nilai yakni : 1) Pendidikan nilai sebagai konsentrasi kajian Pendidikan nilai sebagai kosentrasi kajian terdapat di perguruan tinggi, sepertiprogram pasca sarjana.2) Sebagai Mata pelajaran Moral dan Agama Mata pelajaran agama dan moral merupakan bagian dari pendidikan nilai.3) Sebagai bidang studi pembulat Konsep ini banyak ditemukan di perguruan tinggi dengan istilah-istilahpengelompokan mata kuliah.4) Pendidikan nilai dalam program integrasi Pendidikan nilai dapat terintegrasi atau terpadu dalam mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Artinya dalam pembelajaran bidang studi guru selalu memasukkan pendidikan nilai dalam kegiatan pembelajaran. Istilah pembelajaran imtaq yang tidak asing bagi pelaksana pendidikan di Indonesia merupakan salahsatu bentuk integrasi dalam pembelajaran. Pembelajaran dalam berbagai mata pelajaran dapat diintegrasikan dengan pendidikan nilai di Indonesia .5) Pendidikan nilai dalam program ekstrakurikuler Pendidikan nilai tidak cukup hanya dilaksanakan melalui pembelajaranformal dalam mata pelajaran. Bahkan kadang pembelajaran nilai di dalam kelaskadang kurang menyentuh pendidikan nilai yang sesungguhnya. Pendidikan nilai dapat dilakukan di mana saja dan dalam situasi apapun. Dalam kegiatan ekstrakurikuler, dapat dikembangkan program pendidikan nilai yang sangat strategis .6) Pendidikan nilai dalam pengembangan kurikulum tersembunyi Hidden curriculum atau kurikulum tersembunyi merupakan kurikulum yangberkembang secara alamiah atau tidak direncanakan secara khusus. Diantara keenam pendekatan cara pendidikan nilai yang disebutkan di atas,nomor 2,4,5, dan 6 yang paling memungkinkan untuk dikembangkan pada pendidikanSMP. Bagaimana strategi untuk pembentukan dan pengembangan nilai-nilai luhurseperti diterangkan di atas? Menurut Krathwohl (1964), proses pembentukan (dan pengembangan) nilai-nilai pada anak didik itu ada lima tahap. :

a.     Receiving (menyimak dan menerima). Dalam hal ini anak menerima secara aktif,artinya anak telah memilih untuk kemudian menerima nilai. Jadi pada tahap ini anak baru menerima saja.

b.     Responding (menanggapi). Pada tahap ini anak sudah mulai bersedia menerima dan menanggapi secara aktif. Dalam hal ini ada tiga tahapan sendiri, yakni manut(menurut), bersedia menaggapi, dan puas dalam menaggapi.

c.     Valuing (memberi nilai), pada tahap ini anak sudah mulai mampu membangun persepsi dan kepercayaan terkait dengan nilai yang diterima. Pada tahap ini adatiga tingkatan yakni : percaya terhadap nilai yang diterima, merasa terikat dengan nilai dipercayai, dan memiliki keterkaitan batin dengan nilai yang diterima.

d.      Organization, dimana anak mulai mengatur sistem nilai yang ia terima untuk ditata dalam dirinya dalam konteks perilaku.

e.     Characterization, atau karakterisasi nilai yang ditandai dengan ketidakpuasan seseorang untuk mengorganisir sistem nilai yang diyakininya dalam hidupnyayang serba mapan, ajek, dan konsisten.

Dalam pendidikan nilai kita menginginkan munculnya kesadaran pelaksanaan nilai-nilai positif dan menghindarkan nilai-nilai negatif. Nilai-nilai positif tersebutadalah : amal saleh, amanah, antisipatif, baik sangka, kerja keras, beradab, beraniberbuat benar, berani memikul resiko, berdisiplin, lapang hati, berlembut hati,beriman dan bertakwa, berinisiatif, berkemauan keras, berkepribadian, berpikiranjauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersifat konstruktif, bersyukur,bertanggungjawab, bertenggangrasa, bijaksana, cerdas, cermat, demokratis, dinamis,efisien, empati, gigih, hemat, ikhlas, jujur, kesatria, komitmen, kooperatif, kospmopolitan (mendunia), kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, manusiawi, mawasdiri, mencintai ilmu, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai pendapat orang lain, menghargai waktu, patriotik, pemaaf, pemurah, pengabdian, berpengendalian diri, produktif, rajin, ramah, rasa indah, rasa kasih sayang, rasa keterikatan, rasa malu, rasa memiliki, rasa percaya diri, rela berkorban,rendah hati, sabar, semangat kebersamaan, setia, siap mental, sikap adil, hormat,nalar, tertib, sopan santun, sportif, susila, taat asas, takut bersalah, tangguh, tawakal,tegar, tegas, tekun, tepat janji, terbuka, ulet, dan sejenisnya.

Adapun nilai-nilai negatif yang seharusnya dihindari adalah ; anti resiko,boros, bohong, buruk sangka, biadab, curang, ceroboh, cengeng, dengki, egois, fitnah, feodalistik, gila kekuasaan, iri, ingkar janji, jorok, keras kepala, khianat, kedaerahan, kikir, kufur, konsumtif, kasar, kesukuan, licik, lupa diri, lalai, munafik, malas, menggampangkan, materialistik, mudah percaya, mementingkan golongan, mudah terpengaruh, mudah tergoda, rendah diri, meremehkan, melecehkan, menyalahkan, menggunjing, masa bodoh, otoriter, pemarah, pendendam, pembenci, pesimis, pengecut, pencemooh, perusak, provokatif, putus asa, ria, sombong, serakah, sekuler, takabur, tertutup, tergesa-gesa, tergantung, omong kosong, picik, dan sejenisnya. (Sjarkawi, 2008:35)

 

C.    Pengertian dan Hakikat Karakter

Menurut Ryan & Bohlin (1999), karakter merupakan suatu pola perilaku seseorang. Orang yang berkarakter baik memiliki pemahaman tentang kebaikan, menyukai kebaikan, dan mengerjakan kebaikan tersebut. Orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2008) adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut Howard Kirschenbaum (1995) karakter memiliki ciri-ciri yakni memiliki tanggung jawab, sikap peduli, rasa hormat, berani, disiplin, loyalitas yang tinggi, dan tenggang rasa. Seseorang yang mempunyai kesadaran untuk berbuat baik dan yang terbaik serta bertindak sesuai dengan kesadaran yang dimilikinya.

Pendidikan karakter bisa juga disebut dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak, keduanya memiliki definisi dan makna yang sama. Dimana tujuannya untuk membentuk kepribadian yang bermoral dan mejadikan manusia lebih baik. Pendidikan karakter juga disebut sebagai pendidikan nilai, yakni nilai-nilai luhur bangsa yang diturunkan secara turun temurun. Negara Indonesia bersumber dari nilai Pancasila. Semuanya tertuang dalam 5 sila dalam Pancasila.

 

 

 

 

D.    Pendidikan IPS Sebagai Pendidikan Karakter

Pendidikan IPS adalah bidang ilmu yang berbasis nilai. Tujuan dasar pembelajaranya untuk menjadikan warga negara yang baik. Pendidikan IPS dan pendidikan karakter dua kesatuan yang tidak dipisahkan, keduanya memiliki keterkaitan. Pendidikan karakter diartikan sebagai pendidikan nilai atau pendidikan moral. Pendidikan karakter secara mendasar bertujuan memajukan generasi yang insan kamil. Pendidikan IPS memiliki tujuan yang sama dengan pendidikan karakter yakni menjadi warga negara yang baik. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Gross dalam Darmadi (2007) bahwa values education as social studies to prepare students to be well-fungtioning citizens in democratic society 

Pembelajaran IPS berproses seperti pembelajaran pada umumnya, harus dibangun sebagai proses transaksi kultural yang mampu mengembangkan karakter peserta didik. Pada era digital saat sekarang harus mampu mengembangkan pembelajaran IPS yang berbasis nilai tanpa meninggalkan IPTEKS. Pada akhirnya kemajuan teknologi yang dijadikan basicnya adalah karakter bangsa yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

 



[1]Mulyana Rohmat,Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung : Alfabeta, 2004).

[2]O. Kattsoff, Louis, (Alih Bahasa: Soejono Soemargono),Pengantar Filsafat, (Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya, 2004), hal. 323

PENDIDIKAN IPS SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN KARAKTER

  Pengertian dan Hakikat Nilai 1.      Pengertian Nilai Nilai merupakan sebuah dasar atau tolak ukur dalam bertingkah laku, bersikap dan...