Nagari Sisawah merupakan salah
satu nagari di Kecamatan Sumpur Kudus yang memiliki luas wilayah 11.286 hektar,
wilayahnya terdiri dari dataran tinggi yang didominasi oleh hutan seluas 5.247
hektar, perkebunan seluas 2.318 hektar, ladang/tegalan seluas 1.585 hektar dan
sebagain kecil dataran rendah yang terdiri dari areal persawahan 220 hektar,
pemukiman penduduk 1.291 hektar, dan lahan yang belum diusahakan seluas 625
hektar. Kondisi demikian menyebabkan keadaan perekonomian masyarakat bergantung
pada perkebunan, ladang dan sawah.
Keadaan alam dan potensi suatu
wilayah cenderung mempengaruhi kebiasaan, pola pikir dan mata pencarian
penduduk suatu tempat. Melihat kondisi topografi nagari Sisawah umumnya berbukit-bukit, terletak
pada hutan. Maka mata pencarian penduduk nagari Sisawah yang dominan adalah
sebagai petani, baik itu petani karet, sawah, kebun maupun berladang dengan
membuka lahan hutan, hal ini dibuktikan dengan banyaknya pedagang pribumi menjual
hasil ladangnya di pasar nagari. [1]
Selain pertanian, Aliran
batang Sumpur dimanfaatkan masyarakat untuk mata pencaharian dan sumber
ekonomi masyarakat di sepanjang sungai ini, termasuk nagari Sisawah yaitu
mengambil batu, pasir, kerikil, menangkap ikan, dan sebagian kecil pertambangan
emas, biasanya mereka mengeksploitasi emas secara tradisional “Mendulang” sehingga sampai saat
sekarang air di sepanjang sungai batang Sumpur ini masih terjaga dari pencemaran
lingkungan maupun zat kimia.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No
|
Jenis
Pekerjaan
|
Tahun
|
|||
1998
|
2003
|
2008
|
2013
|
||
1
|
Petani
|
1310
|
1220
|
1230
|
1187
|
2
|
PNS
|
5
|
15
|
27
|
52
|
3
|
Wiraswasta
|
29
|
21
|
24
|
45
|
4
|
Pedagang
|
56
|
65
|
63
|
43
|
5
|
Pertukangan
|
47
|
55
|
45
|
27
|
6
|
Pertambangan dan Galian
|
-
|
48
|
75
|
122
|
7
|
Buruh Tani
|
31
|
29
|
35
|
30
|
8
|
Sopir
|
15
|
49
|
30
|
32
|
9
|
Pelayanan Jasa
|
36
|
38
|
20
|
24
|
10
|
Kerajinan
|
0
|
21
|
15
|
8
|
11
|
Lain-lain
|
10
|
10
|
11
|
13
|
Total
|
1599
|
1571
|
1575
|
1583
|
Sumber : Kantor
Wali Nagari Sisawah
Dilihat dari gambaran tabel
diatas mata pencarian penduduk nagari Sisawah yang paling dominan adalah petani.
Petani yang memiliki ladang atau kebun, hasil
tanamannya
dijual di pasar nagari Sisawah. Seminggu sekali hasil
pertanian dijual dipasar dengan cara menggelarkan dagangannya. Sejak munculnya
pasar Ambek dan pasar Senggol yang
berkembang tahun 2005, penduduk banyak yang menjual hasil ladang dan kebunnya
di pasar ambek dan Senggol karena
dinilai lebih praktis dan paling penting dagangannya laku terjual. Disamping
sebagai petani, sebagian penduduk Sisawah membuat kerajinan berupa berbagai macam Tudung,
seperti Tudung Tani[2]
danTudung Nasi, Niru yang digunakan untuk pemisah sekam padi dengan beras, Kahayan, Tangguk, Ketiding. [3] Barang-barang ini biasanya dipasarkan
di Pasar nagari Sisawah. Barang-barang ini
bahkan dipesan oleh penduduk diluar Sisawah karena kerajinan seperti tudung
nasi yang dihiasi lukisan dan hiasan emas hanya ada di Sisawah. Dagangan ini
salah satu ciri khas pasar Nagari
Sisawah diminati banyak konsumen.
Perkembangan teknologi dan
zaman, pergeseran
penggunaan peralatan hidup sehingga peralatan tradisional yang biasa digunakan, mulai ditinggalkan masyarakat. Misalnya dahulu orang pergi kepasar dengan jalan kaki,
maka digunakan ketiding, tapi pada
saat sekarang, kemana-mana sudah menggunakan kendaraan, otomatis ketiding tidak dibutuhkan lagi. Begitu
juga dengan kahayan, sekarang untuk
menggiling padi sudah memakai Heller,
proses penggilingan sudah bagus, jadi kahayan tidak digunakan lagi. Periode-periode berikutnya sektor
pertanian juga masih menonjol sebagai pekerjaan penduduk Nagari Sisawah.
Dibandingkan tahun periode 2003, pada tahun 2008 ini
dilihat dari persentase pekerjaan, perekonomian penduduk mengalami penurunan
karena harga Karet turun yakni Rp. 2000-5000 /kg, karena penduduk Nagari
Sisawah pada umumnya adalah petani karet, dan galian emas. Ditinjau dari segi
ekonomi apabila pada harga karet naik, maka kondisi ekonomi masyarakat membaik.[4]
Ditambah dampak bencana alam berupa
banjir yang disertai longsor, banyak merusak lahan pertanian penduduk di
sebagian besar jorong-jorong di Nagari Sisawah, terutama Jorong Kabun dan Jorong
Rumbai tahun 2004 silam.[5] Pada
tahun 2010, harga karet mengalami peningkatan dengan harga Rp.15.000 – 20.000/kg, kondisi perekonomian penduduk nagari Sisawah
mulai membaik, seperti yang terlihat pada tabel diatas banyak petani yang
beralih pekerjaan menjadi pengumpul dan pedagang karet sekaligus tetap
menjalankan pekerjaan sebagai penyadap karet.[6]
Mata pencarian penduduk Sisawah yang dominan dari tahun
1998-2013 adalah Petani, akan tetapi persentase jenis pekerjaan lainnya, sudah
mengalami peningkatan seperti PNS 3.49 %, pedagang 3.35 % dari periode tahun
sebelumnya. Perkembangan perekonomian penduduk nagari Sisawah terlihat naik
turun dari tahun 1998 – 2013, karena tergantung harga karet dan dipengaruhi
oleh faktor-faktor alam serta kebijakan yang sedang berlaku yang nantinya
berdampak keharmonisan kerukunan bermasyarakat.
Sejak tahun 2008, pekerjaan penggalian emas lebih banyak
diminati penduduk Sisawah karena lebih menjanjikan dan bisa dikerjakan sebagai
pekerjaan pengganti ketika harga karet turun dan musim hujan. Tahun 2012 -2013
pekerjaan penggalian emas semakin diminati, harga karet semakin turun. Namun tidak
semua penduduk punya keahlian mencari emas, sehingga persentase tingkat
perekonomian masyarakat nagari Sisawah tetap mengalami penurunan.
[2] Tudung berarti penutup, digunakan masyarakat untuk menutupi
kepala yang dinamakan tudung tani. Tudung terbuat dari daun Rumbia yang jemur
dan dihaluskan, untuk kerangkanya dibuat dari rotan. Bentuknya seperti topi
tetapi daunnya agak lebar.
[3] Tudung nasi biasanya digunakan masyarakat untuk menutupi talam nasi
untuk acara adat, maupun acara berkaur di nagari Sisawah. Kahayan digunakan untuk memisahkan butiran padi dengan beras,
biasanya terbuat dari rotan, berbentuk kubus segi empat. Untuk tangguk digunakan untuk menangkap udang
atau ikan yang terbuat dari tali rafiah yang dijalin dan dipinggirnya terbuat
dari rotan, biasanya berbentuk segi tiga atau segi empat, fungsinya sama dengan
jaring. Sedangkan Ketiding terbuat
dari anyaman bambu, berbentuk segi empat, tetapi jari-jari dan volumenya lebih
besar dan lebih tinggi. Biasanya digunakan masyarakat Nagari Sisawah sebagai
tempat belanjaan dari pasar nagari Sisawah, dibawa dengan diletakkan diatas
kepala atau dikenal dengan istilah dijujung dengan kepala.
[6] Wawancara dengan Ervenely, selaku wali nagari Sisawah pada tanggal
27 Februari 2014 dan Kadirun selaku Pedagang Pengumpul Karet sekaligus petani
Karet pada tanggal 25 Februari 2014