Wednesday, November 9, 2022

PENDIDIKAN IPS SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN KARAKTER

 Pengertian dan Hakikat Nilai

1.     Pengertian Nilai

Nilai merupakan sebuah dasar atau tolak ukur dalam bertingkah laku, bersikap dan bertingkah baik secara sadar atau tidak sadar. Nilai juga diartikan sebagai alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa "cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan.[1] Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang.

2.     Hakikat Nilai

Menurut Kattsoff dalam Soejono Soemargono bahwa hakekat nilai dapat dijawab dengan tiga macam cara: Pertama, nilai sepenuhnya berhakekat subyektif, tergantung kepada pengalaman manusia pemberi nilai itu sendiri. Kedua, nilai merupakan kenyataan-kenyataan ditinjau dari segi ontologi, namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai - nilai tersebut merupakan esensi logis dan dapat diketahui melalui akal. Ketiga, nilai-nilai merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan.

Mengenai makna nilai Kattsoff mengatakan, bahwa nilai menpunyai beberapa macam makna. Sejalan dengan itu, maka makna nilai juga bermacam-macam. Rumusan yang bisa penulis kemukakan tentang makna nilai itu adalah bahwa sesuatu itu harus mengandung nilai (berguna), merupakan nilai (baik, benar, atau indah), mempunyai nilai artinya merupakan objek keinginan, mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan orang mengambil sikap „menyetujui‟ atau mempunyai sifat nilai tertentu, dan memberi nilai, artinya menanggapi seseuatu sebagai hal yang diinginkan atau sebagai hal yang menggambarkan nilai tertentu[2]

 

B.    PIPS sebagai Pendidikan Nilai

Pendidikan nilai menurut Mulyana (2004:119) adalah pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar menyadari kebenaran, kebaikan, dan keindahan melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten. Pendidikan nilai dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannyasecara integral dalam kehidupan. Secara khusus menurut APEID (Asia and the PasificProgramme of Educational Innovation for Develompement) pendidikan nilai ditujukan untuk :1) Menerapkan pembentukan nilai kepada anak, 2) Menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan, 3) Membimbing perilaku yangkonsisten dengan nilai-nilai tersebut.

Pendidikan IPS (Social Studies) menurut Mayhood dkk., (1991: 10), “TheSocial Studies are comprissed of those aspests of history, geography, and pilosophywhich in practice are selected for instructional purposes in schools and collegs”National Council for the Social Studies (NCCS) memberikan definisi yang lebihtegas, seperti yang dikutip Catur (2004), bahwa IPS sebagai “the study of political,economic, culturals, and environment aspects of societies in the past, present andfuture” Noman Somantri memberikan penjelasan PIPS adalah suatu syntheticdiscipline yang berusaha untuk mengorganisasikan dan mengembangkan substansiilmu-ilmu sosial secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Maknasynthetic discipline, bahwa PIPS bukan sekedar mensistesiskan konsep-konsep yangrelevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial, tetapi jugamengkorelasikan dengan masalah-masalah kemasyarakatan, kebangsaan, dankenegaraan. Secara lebih tegas, bahwa Pendidikan IPS memuat tiga sub tujuan, yaitu;Sebagai pendidikan kewarganegaraan, sebagai ilmu yang konsep dan generalisasinyadalam disiplin ilmu-ilmu sosial, dan sebagai ilmu yang menyerap bahan pendidikandari kehidupan nyata dalam masyarakat kemudian dikaji secara reflektif.

Tujuan pendidikan IPS secara umum adalah menjadikan peserta didik sebagai warga negara yang baik, dengan berbagai karakter yang berdimensi spiritual, personal, sosial, dan intelektual (Soedarno Wiryohandoyo, 1997). PIPS menurut NCCS mempunyai tujuan informasi dan pengetahuan (knowledge and information),nilai dan tingkah laku (attitude and values), dan tujuan keterampilan (skill): sosial, bekerja dan belajar, kerja kelompok, dan ketrampilan intelektual (Jarolimelc, 1986:5-8). Menurut Awan Mutakin (1998), tujuan dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk mengembangkan siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadidi masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpanganyang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci bahwa tujuan IPS adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar :1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya,melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. 2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial. 3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat. 4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampumembuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat. 5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun dirisendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.Berdasarkan konsep dan tujuan IPS dapat dirangkum bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi tema-tema. 1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan, 2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan. 3) Sistem Sosial dan Budaya , dan 4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

Berdasarkan penjelasan tentang hakikat pendidikan di atas, maka sesungguhnya pendidikan IPS dengan pendidikan nilai adalah bagai dua sisi mata uang logam. Sangat banyak kesempatan untuk saling memadukan dalam pembelajaran IPS dan nilai. Strategi apa saja yang dapat dilakukan untuk melaksanakan pendidikan nilai dalam pembelajaran IPS? Muncul pertanyaan, di mana dan bagaimana kita melakukan pendidikan nilai? Untuk memperjelas jawaban di atas, kita dapat melihat berbagai status pendidikan nilai yakni : 1) Pendidikan nilai sebagai konsentrasi kajian Pendidikan nilai sebagai kosentrasi kajian terdapat di perguruan tinggi, sepertiprogram pasca sarjana.2) Sebagai Mata pelajaran Moral dan Agama Mata pelajaran agama dan moral merupakan bagian dari pendidikan nilai.3) Sebagai bidang studi pembulat Konsep ini banyak ditemukan di perguruan tinggi dengan istilah-istilahpengelompokan mata kuliah.4) Pendidikan nilai dalam program integrasi Pendidikan nilai dapat terintegrasi atau terpadu dalam mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Artinya dalam pembelajaran bidang studi guru selalu memasukkan pendidikan nilai dalam kegiatan pembelajaran. Istilah pembelajaran imtaq yang tidak asing bagi pelaksana pendidikan di Indonesia merupakan salahsatu bentuk integrasi dalam pembelajaran. Pembelajaran dalam berbagai mata pelajaran dapat diintegrasikan dengan pendidikan nilai di Indonesia .5) Pendidikan nilai dalam program ekstrakurikuler Pendidikan nilai tidak cukup hanya dilaksanakan melalui pembelajaranformal dalam mata pelajaran. Bahkan kadang pembelajaran nilai di dalam kelaskadang kurang menyentuh pendidikan nilai yang sesungguhnya. Pendidikan nilai dapat dilakukan di mana saja dan dalam situasi apapun. Dalam kegiatan ekstrakurikuler, dapat dikembangkan program pendidikan nilai yang sangat strategis .6) Pendidikan nilai dalam pengembangan kurikulum tersembunyi Hidden curriculum atau kurikulum tersembunyi merupakan kurikulum yangberkembang secara alamiah atau tidak direncanakan secara khusus. Diantara keenam pendekatan cara pendidikan nilai yang disebutkan di atas,nomor 2,4,5, dan 6 yang paling memungkinkan untuk dikembangkan pada pendidikanSMP. Bagaimana strategi untuk pembentukan dan pengembangan nilai-nilai luhurseperti diterangkan di atas? Menurut Krathwohl (1964), proses pembentukan (dan pengembangan) nilai-nilai pada anak didik itu ada lima tahap. :

a.     Receiving (menyimak dan menerima). Dalam hal ini anak menerima secara aktif,artinya anak telah memilih untuk kemudian menerima nilai. Jadi pada tahap ini anak baru menerima saja.

b.     Responding (menanggapi). Pada tahap ini anak sudah mulai bersedia menerima dan menanggapi secara aktif. Dalam hal ini ada tiga tahapan sendiri, yakni manut(menurut), bersedia menaggapi, dan puas dalam menaggapi.

c.     Valuing (memberi nilai), pada tahap ini anak sudah mulai mampu membangun persepsi dan kepercayaan terkait dengan nilai yang diterima. Pada tahap ini adatiga tingkatan yakni : percaya terhadap nilai yang diterima, merasa terikat dengan nilai dipercayai, dan memiliki keterkaitan batin dengan nilai yang diterima.

d.      Organization, dimana anak mulai mengatur sistem nilai yang ia terima untuk ditata dalam dirinya dalam konteks perilaku.

e.     Characterization, atau karakterisasi nilai yang ditandai dengan ketidakpuasan seseorang untuk mengorganisir sistem nilai yang diyakininya dalam hidupnyayang serba mapan, ajek, dan konsisten.

Dalam pendidikan nilai kita menginginkan munculnya kesadaran pelaksanaan nilai-nilai positif dan menghindarkan nilai-nilai negatif. Nilai-nilai positif tersebutadalah : amal saleh, amanah, antisipatif, baik sangka, kerja keras, beradab, beraniberbuat benar, berani memikul resiko, berdisiplin, lapang hati, berlembut hati,beriman dan bertakwa, berinisiatif, berkemauan keras, berkepribadian, berpikiranjauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersifat konstruktif, bersyukur,bertanggungjawab, bertenggangrasa, bijaksana, cerdas, cermat, demokratis, dinamis,efisien, empati, gigih, hemat, ikhlas, jujur, kesatria, komitmen, kooperatif, kospmopolitan (mendunia), kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, manusiawi, mawasdiri, mencintai ilmu, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai pendapat orang lain, menghargai waktu, patriotik, pemaaf, pemurah, pengabdian, berpengendalian diri, produktif, rajin, ramah, rasa indah, rasa kasih sayang, rasa keterikatan, rasa malu, rasa memiliki, rasa percaya diri, rela berkorban,rendah hati, sabar, semangat kebersamaan, setia, siap mental, sikap adil, hormat,nalar, tertib, sopan santun, sportif, susila, taat asas, takut bersalah, tangguh, tawakal,tegar, tegas, tekun, tepat janji, terbuka, ulet, dan sejenisnya.

Adapun nilai-nilai negatif yang seharusnya dihindari adalah ; anti resiko,boros, bohong, buruk sangka, biadab, curang, ceroboh, cengeng, dengki, egois, fitnah, feodalistik, gila kekuasaan, iri, ingkar janji, jorok, keras kepala, khianat, kedaerahan, kikir, kufur, konsumtif, kasar, kesukuan, licik, lupa diri, lalai, munafik, malas, menggampangkan, materialistik, mudah percaya, mementingkan golongan, mudah terpengaruh, mudah tergoda, rendah diri, meremehkan, melecehkan, menyalahkan, menggunjing, masa bodoh, otoriter, pemarah, pendendam, pembenci, pesimis, pengecut, pencemooh, perusak, provokatif, putus asa, ria, sombong, serakah, sekuler, takabur, tertutup, tergesa-gesa, tergantung, omong kosong, picik, dan sejenisnya. (Sjarkawi, 2008:35)

 

C.    Pengertian dan Hakikat Karakter

Menurut Ryan & Bohlin (1999), karakter merupakan suatu pola perilaku seseorang. Orang yang berkarakter baik memiliki pemahaman tentang kebaikan, menyukai kebaikan, dan mengerjakan kebaikan tersebut. Orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2008) adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut Howard Kirschenbaum (1995) karakter memiliki ciri-ciri yakni memiliki tanggung jawab, sikap peduli, rasa hormat, berani, disiplin, loyalitas yang tinggi, dan tenggang rasa. Seseorang yang mempunyai kesadaran untuk berbuat baik dan yang terbaik serta bertindak sesuai dengan kesadaran yang dimilikinya.

Pendidikan karakter bisa juga disebut dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak, keduanya memiliki definisi dan makna yang sama. Dimana tujuannya untuk membentuk kepribadian yang bermoral dan mejadikan manusia lebih baik. Pendidikan karakter juga disebut sebagai pendidikan nilai, yakni nilai-nilai luhur bangsa yang diturunkan secara turun temurun. Negara Indonesia bersumber dari nilai Pancasila. Semuanya tertuang dalam 5 sila dalam Pancasila.

 

 

 

 

D.    Pendidikan IPS Sebagai Pendidikan Karakter

Pendidikan IPS adalah bidang ilmu yang berbasis nilai. Tujuan dasar pembelajaranya untuk menjadikan warga negara yang baik. Pendidikan IPS dan pendidikan karakter dua kesatuan yang tidak dipisahkan, keduanya memiliki keterkaitan. Pendidikan karakter diartikan sebagai pendidikan nilai atau pendidikan moral. Pendidikan karakter secara mendasar bertujuan memajukan generasi yang insan kamil. Pendidikan IPS memiliki tujuan yang sama dengan pendidikan karakter yakni menjadi warga negara yang baik. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Gross dalam Darmadi (2007) bahwa values education as social studies to prepare students to be well-fungtioning citizens in democratic society 

Pembelajaran IPS berproses seperti pembelajaran pada umumnya, harus dibangun sebagai proses transaksi kultural yang mampu mengembangkan karakter peserta didik. Pada era digital saat sekarang harus mampu mengembangkan pembelajaran IPS yang berbasis nilai tanpa meninggalkan IPTEKS. Pada akhirnya kemajuan teknologi yang dijadikan basicnya adalah karakter bangsa yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

 



[1]Mulyana Rohmat,Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung : Alfabeta, 2004).

[2]O. Kattsoff, Louis, (Alih Bahasa: Soejono Soemargono),Pengantar Filsafat, (Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya, 2004), hal. 323

Saturday, July 23, 2022

RESENSI BUKU: SOCIETY 5.0: A People – Centric Super – Smart Society (Hitachi-UTokyo Laboratory (H-UTokyo Lab))

 

 


Identitas Buku

Judul        : Society 5.0: A People-Centric Super-smart Society

Penulis     : Hitachi-Utokyo Laboratory

Penerbit   : Springer Open.

Edition     : Pertama, 2020

Halaman  : 177

 

PENDAHULUAN

Perkembangan Masyarakat dunia telah menghadapi empat perubahan besar dalam teknologi dari revolusi industri (IR-1.0) tenaga listrik menjadi IR-2.0 revolusi industri entitas mekanik dan kimia, IR-3.0 revolusi industri komputer dan internet, dan revolusi industri IR 4.0 transformasi digital, internet, dan big data. Sementara itu, peradaban manusia telah bertransformasi secara sosial dan ekonomi dari masyarakat pemburu (1.0) menjadi masyarakat agraris (2.0), masyarakat industri (3.0), dan masyarakat informasi (4.0). Masyarakat dunia saat ini sedang bergerak menuju masyarakat dengan peradaban terbaru yang disebut society 5.0 seiring dengan terganggunya tatanan sosial secara masif akibat teknologi 4.0.

 

Society 5.0 merupakan gagasan Pemerintah Jepang tentang kehidupan masyarakat di masa depan. Tahun 2016 Pemerintah Jepang menerbitkan Rencana Dasar Teknologi tentang Society 5.0 atau Masyarakat 5.0 bahwa dengan penggabungan ruang fisik (dunia nyata) dan dunia maya dengan memanfaatkan Teknologi Informasi Komputer (TIK) semaksimal mungkin akan mempermudah permasalahan-permasalahn yang dihadapi oleh manusia.

Dalam Rencana Dasar Teknologi tersebut pemerintah Jepang memiliki visi masa depan yakni: Society 5.0 menjadi masyarakat yang harus kita cita-citakan, akan menjadi sebuah masyarakat yang berpusat pada manusia itu sendiri, melalui tingkat penggabungan tingkat tinggi antar dunia maya dan ruang fisik, akan mampu menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan resolusi masalah sosial dengan menyediakan barang dan jasa yang secara terperinci menangani banyak hal kebutuhan lainnya,  terlepas dari warga lokal, usia, jenis kelamin, atau bahasa untuk memastikan bahwa semua warga bisa menjalani hidup berkualitas tinggi, hidup penuh kenyamanan dan vitalitas.

Buku ini ditulis oleh anggota tim proyek Lab H-Utokyo serta para akademisi dari University of Tokyo yang berjudul “Society 5.0: A People – Centric Super – Smart Society” berjumlah 177 halaman dan dibagi ke dalam 8 bab. Berikut sub bahasan pada tiap bab:

  1. What Is Society ?: Berisikan tentang pemikiran umum dibalik Society 5.0 dan daftar nomenklatur yang relevan.
  2. Habit Innovation: Membahas tentang kesepakatan dengan pertanyaan tentang bagaimana kita dapat menyeimbangkan apa yang terbaik untuk masyarakat dengan yang terbaik untuk individu, sebuah pertanyaan yang harus dijawab jika kita ingin mengatasi masalah sosial di bawah kerangka Society 5.0. 
  3. From Smart City to Society 5.0:  Berfokus pada perkembangan di abad ini. Secara khusus  menganalisis kebangkitan kota pintar, meninjau upaya Jepang untuk mengembangkan kota berkelanjutan, dan membahas bagaimana hal-hal ini terkait dengan Society 5.0. 
  4. Integrating Urban Data with Urban Services: Membahas datarisasi perkotaan, persyaratan penting untuk bangunan dunia maya. Ini juga membahas metode dan tantangan dalam mengintegrasikan data dan sistem yang berbeda.
  5. Solving Social Issues Through Industry–Academia Collaboration: Berfokus pada pekerjaan peneliti dari bidang teknik. Bab ini membahas bagaimana para peneliti tersebut mengejar R&D, juga membahas pemikiran dasar yang mendasari proyek penelitian yang bertujuan menangani masalah sosial, termasuk yang terkait dengan populasi, kebutuhan untuk menjadi bebas karbon, dan kebutuhan untuk meregenerasi masyarakat pedesaan.
  6. From Monetary to Nonmonetary Society: Berfokus pada peneliti di bidang humaniora dan ilmu sosial. Yaitu mengidentifikasi tantangan utama dalam mengejar model masyarakat dan memperoleh kemungkinan pendekatan untuk tujuan seperti itu,  juga mengkaji apa yang dimaksud dengan masyarakat yang berpusat pada orang.
  7. Interview: Creating Knowledge Collaboratively to Forge a Richer Society Tomorrow—An Innovation Ecosystem to Spearhead Social Transformation: Menampilkan dialog antara Makoto Gonokami, Presiden University of Tokyo, dan Hiroaki Nakanishi, Ketua Hitachi. Kedua pemimpin mendiskusikan kemungkinan Society 5.0 dan arah yang akan dituju.
  8. Issues and Outlook: Merangkum tantangan yang kita hadapi dalam perjalanan menuju Society 5.0 dan prospek untuk mencapai visi ini.

           

RINGKASAN (URAIAN) BUKU

            Sebagaimana dipaparkan pada bagian pendahuluan bahwa buku ini terdiri dari 8 bab pembahasan. Setiap pembahasan memiliki fokus yang berbeda namun saling berkaitan bab per bab. Sebelum membuat ringkasan pada buku ini saya memberikan sedikit gambaran tentang proyek Lab H-Utokyo dan University of Tokyo. Hitachi-UTokyo Laboratory (H-UTokyo Lab.) telah mempelopori model kolaborasi industri-akademisi yang dikenal dengan Society 5.0.

What Is Society: bab ini menjelaskan apa itu Society 5.0. Penjelasannya dengan menggunakan konsep-konsep kunci dari masyarakat 5.0: “masyarakat yang berpusat pada manusia”, “penggabungan dunia maya dengan ruang fisik”, “masyarakat intensif pengetahuan”, dan “masyarakat berbasis data. ” Memahami keempat konsep menjadi dasar penggagasan ide Society 5.0. Bab ini juga membahas tentang perbedaan Society 5.0 dan Industry 4.0, yang merupakan salah satu visi terkemuka untuk merevolusi industri melalui integrasi Teknologi Informasi. Sedangkan Society 5.0 berupaya merevolusi tidak hanya industri melalui integrasi Teknologi Informasi tetapi juga ruang hidup dan kebiasaan masyarakat.

Habit Innovation: Bab 2 ini membahas tentang indikator kinerja utama (KPI) penyelesaian masalah sosial dan masyarakat yang berpusat pada manusia itu sendiri. Pendekatan yang digunakan adalah Habitat Inovasi yang mengusulkan tiga komponen KPI untuk menyelesaikan permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat: (1) Transformasi struktural, (2) Inovasi teknologi, (3) kualitas hidup. Transformasi struktural memerlukan peran pemerintah untuk membuat kebijakan tentang integrasi kerangka kerja Ruang Fisik dan Dunia Maya. Komponen Inovasi teknologi, menggambarkan kerangka kerja konvergensi siber-fisik dapat membantu menciptakan masyarakat yang hemat sumber daya. Sedangkan komponen Kualitas hidup, menyebarkan data untuk menghasilkan layanan baru untuk mendukung kualitas hidup manusia yang lebih baik.

From Smart City to Society 5.0: Bab ini mengulas sejarah proyek ”Smart City” dan “Smart Community” yang dilaksanakan di kota-kota Jepang sejak pemerintah nasional Jepang berinisiatif melalui subsidi dan dukungan untuk proyek percontohan yang dipromosikan oleh kotamadya mengikuti Protokol Kyoto. Teknologi ini meninjau dari smart grid, microgrid, dan rumah pintar yang dibuat dengan mengintegrasikan Teknologi Informasi dengan sistem manajemen energi, telah diimplementasikan ke dalam proyek percontohan generasi pertama Smart Community di tahun 2000-an dengan syarat bahwa Jepang tertinggal dalam liberalisasi pasar listrik dibandingkan dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat.

Integrating Urban Data with Urban Services: Bab ini memberikan gambaran umum tentang arsitektur untuk mengintegrasikan informasi perkotaan. Menggambarkan bagaimana informasi perkotaan harus terintegrasi dan bagaimana integrasi ini dapat menghasilkan optimalisasi layanan secara kolektif. Integrasi informasi spasial dan temporal merupakan pendekatan awal untuk arsitektur integrasi sosial dan teknis. Komponen yang harus ditingkatkan adalah kepuasan pengguna, dimana pengguna adalah individu dan bisnis di kota. Selanjutnya, tiga saluran utama untuk mengintegrasikan informasi adalah: a). seperangkat “Interface” yang memungkinkan sistem beroperasi secara simbiosis. Secara khusus, ini menunjukkan antarmuka perancangan yang memungkinkan bisnis dan layanan untuk berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain sehingga semuanya beroperasi tidak hanya secara independen tetapi juga sebagai bagian dari sistem organik yang lebih besar. b). seperangkat sistem sosial yang mengkalibrasi ulang hak dan tanggung jawab terkait penggunaan, pengelolaan, dan perlindungan data. Teknologi yang dapat memungkinkan organisasi untuk menggunakan informasi pribadi tanpa mengorbankan privasi data dan prinsip-prinsip data diperkenalkan. c). ukuran kualitas hidup (QoL) bahwa mengukur kualitas hidup menggunakan penginderaan manusia.

Solving Social Issues Through Industry–Academia Collaboration: Bab ini fokus pada pekerjaan peneliti dari bidang teknik. Bab ini membahas bagaimana para peneliti tersebut mengejar R&D, juga membahas pemikiran dasar yang mendasari proyek penelitian yang bertujuan menangani masalah sosial, termasuk yang terkait dengan populasi, kebutuhan untuk menjadi bebas karbon, dan kebutuhan untuk meregenerasi masyarakat pedesaan.

From Monetary to Nonmonetary Society: Bab ini membahas dampak inovasi yang tidak terikat terhadap ekonomi dan faktor-faktor yang mendukung kegiatan ekonomi yang tidak terikat, dan mendekati keuntungan dan masalah platform digital yang akan dipasang dalam sistem ekonomi masyarakat yang digerakkan oleh data.  Kemudian bagaimana menyelesaikan masalah masyarakat tentang penggunaan uang tunai yakni penggunaan uang non tunai untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dengan berbasis data. Ini menunjukkan dua jenis kemungkinan masalah: menentukan harga informasi yang tak ternilai dan mengelola data pribadi tanpa nama dalam masyarakat tanpa uang tunai, yang memungkinkan untuk diwujudkan oleh mata uang digital.

Interview: Creating Knowledge Collaboratively to Forge a Richer Society Tomorrow—An Innovation Ecosystem to Spearhead Social Transformation: Bab ini membahas tentang dialog Makoto Gonokami dari Universitas Tokyo dan Hiroaki Nakanishi dari Hitachi, keduanya anggota Dewan Strategi Pertumbuhan sosial Kabinet Jepang. Ketika masalah sosial di dalam dan luar negeri tumbuh semakin kompleks dan beragam, Pemerintah Jepang mengejar visinya tentang Society 5.0, masyarakat super smart yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial dan di mana semua orang dapat hidup nyaman. Sementara itu, PBB telah mengadvokasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) untuk mengatasi tantangan global dan telah meminta industri untuk berkontribusi pada SDGs melalui kegiatan bisnis

Issues and Outlook: Sebagai bagian akhir, bab ini membahas tujuan dan masalah dalam proses mewujudkan Society 5.0 dari sudut pandang kebahagiaan manusia dalam menyelaraskan dengan masyarakat, dan diakhiri dengan meninjau pentingnya Society 5.0 serta pandangannya sebagai kebijakan untuk masyarakat berbasis data yang dipromosikan oleh revolusi digital. Bagian ini juga membahas tentang isu-isu tentang kebahagiaan masyarakat berbasis data dan menunjukkan bahwa perlu untuk memperjelas pendekatan di mana setiap orang akan dapat memperoleh kebahagiaannya sendiri dengan menyetujui data- implementasi teknologi yang didorong dan harmonisasi dengan masyarakat berbasis data. Bab ini juga merangkum makna sosial dan signifikansi Society 5.0 sebagai visi yang berasal dari Jepang yang ditujukan dengan penerapan teknologi digital canggih di luar gagasan kota pintar konvensional. Oleh karena itu, diakhiri dengan penekanan pada pentingnya berbagi konsep “people-centric” untuk mewujudkan solusi masalah sosial dan pertumbuhan ekonomi sebagaimana disebutkan dalam definisi asli Society 5.0 dalam Strategi Komprehensif Sains, Teknologi dan Inovasi tahun 2017.

PENDIDIKAN IPS SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN KARAKTER

  Pengertian dan Hakikat Nilai 1.      Pengertian Nilai Nilai merupakan sebuah dasar atau tolak ukur dalam bertingkah laku, bersikap dan...