Pengertian dan Hakikat Nilai
1.
Pengertian Nilai
Nilai merupakan sebuah dasar atau tolak ukur dalam
bertingkah laku, bersikap dan bertingkah baik secara sadar atau tidak sadar. Nilai juga
diartikan sebagai alat yang menunjukkan
alasan dasar bahwa "cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih
disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang
berlawanan. Nilai memuat elemen
pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan.[1] Nilai sosial adalah nilai yang dianut
oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap
buruk oleh masyarakat. Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk,
pantas atau tidak
pantas harus melalui proses menimbang.
2.
Hakikat Nilai
Menurut Kattsoff dalam Soejono Soemargono bahwa hakekat nilai dapat dijawab dengan tiga macam
cara: Pertama, nilai sepenuhnya berhakekat subyektif, tergantung kepada
pengalaman manusia pemberi nilai itu sendiri. Kedua, nilai merupakan kenyataan-kenyataan ditinjau dari segi ontologi, namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu.
Nilai - nilai tersebut merupakan esensi logis dan dapat diketahui melalui akal.
Ketiga, nilai-nilai merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan.
Mengenai makna nilai Kattsoff mengatakan, bahwa
nilai menpunyai beberapa macam makna. Sejalan dengan itu, maka makna nilai juga
bermacam-macam. Rumusan yang bisa penulis kemukakan tentang makna nilai itu
adalah bahwa sesuatu
itu harus mengandung nilai (berguna), merupakan nilai (baik, benar, atau
indah), mempunyai nilai artinya merupakan objek keinginan, mempunyai kualitas
yang dapat menyebabkan orang mengambil sikap „menyetujui‟ atau mempunyai sifat
nilai tertentu, dan
memberi nilai, artinya menanggapi seseuatu sebagai hal yang diinginkan atau
sebagai hal yang menggambarkan nilai tertentu[2]
B.
PIPS sebagai Pendidikan Nilai
Pendidikan nilai menurut
Mulyana (2004:119) adalah pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar menyadari
kebenaran, kebaikan, dan keindahan melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan
pembiasaan bertindak yang konsisten. Pendidikan nilai dimaksudkan untuk
membantu peserta didik agar memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai
serta mampu
menempatkannyasecara integral dalam kehidupan. Secara khusus menurut APEID (Asia and the PasificProgramme of Educational
Innovation for Develompement) pendidikan nilai ditujukan untuk :1) Menerapkan pembentukan nilai kepada anak, 2)
Menghasilkan sikap yang
mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan, 3) Membimbing perilaku yangkonsisten
dengan nilai-nilai tersebut.
Pendidikan IPS (Social
Studies) menurut Mayhood dkk., (1991: 10), “TheSocial Studies are comprissed of those aspests of history, geography, and pilosophywhich in
practice are selected for instructional purposes in schools and collegs”National Council for the Social Studies (NCCS)
memberikan definisi yang lebihtegas, seperti yang dikutip Catur (2004), bahwa
IPS sebagai “the study of political,economic, culturals, and
environment aspects of societies in the past, present andfuture” Noman Somantri memberikan penjelasan PIPS adalah
suatu syntheticdiscipline yang berusaha untuk mengorganisasikan dan
mengembangkan substansiilmu-ilmu
sosial secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Maknasynthetic discipline, bahwa PIPS bukan sekedar mensistesiskan
konsep-konsep yangrelevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial,
tetapi jugamengkorelasikan dengan masalah-masalah kemasyarakatan, kebangsaan, dankenegaraan. Secara lebih
tegas, bahwa Pendidikan IPS memuat tiga sub tujuan, yaitu;Sebagai pendidikan
kewarganegaraan, sebagai ilmu yang konsep dan generalisasinyadalam disiplin
ilmu-ilmu sosial, dan sebagai ilmu yang menyerap bahan pendidikandari kehidupan nyata dalam masyarakat
kemudian dikaji secara reflektif.
Tujuan pendidikan IPS secara umum adalah menjadikan
peserta didik sebagai warga negara yang baik, dengan berbagai karakter yang berdimensi
spiritual, personal, sosial, dan intelektual (Soedarno Wiryohandoyo, 1997). PIPS
menurut NCCS mempunyai tujuan informasi dan pengetahuan (knowledge and information),nilai dan tingkah laku (attitude and values), dan tujuan keterampilan (skill): sosial, bekerja dan belajar, kerja kelompok, dan
ketrampilan intelektual (Jarolimelc,
1986:5-8). Menurut Awan
Mutakin (1998), tujuan dari Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk mengembangkan siswa agar peka
terhadap masalah sosial yang terjadidi masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpanganyang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah
yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa
masyarakat. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci bahwa tujuan IPS adalah untuk mengembangkan
potensi siswa agar :1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya,melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan
masyarakat. 2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari
ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
sosial. 3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat. 4) Menaruh perhatian
terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampumembuat analisis yang
kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat. 5) Mampu mengembangkan
berbagai potensi sehingga mampu membangun dirisendiri agar survive yang kemudian
bertanggung jawab membangun masyarakat.Berdasarkan konsep dan tujuan IPS dapat
dirangkum bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi tema-tema. 1) Manusia,
Tempat, dan Lingkungan, 2) Waktu,
Keberlanjutan, dan Perubahan. 3) Sistem
Sosial dan Budaya ,
dan 4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.
Berdasarkan penjelasan
tentang hakikat pendidikan di atas, maka sesungguhnya pendidikan IPS
dengan pendidikan nilai
adalah bagai dua sisi mata uang logam. Sangat banyak kesempatan untuk saling memadukan dalam pembelajaran IPS dan nilai.
Strategi apa saja yang dapat dilakukan untuk melaksanakan pendidikan
nilai dalam pembelajaran IPS? Muncul pertanyaan, di mana dan bagaimana kita
melakukan pendidikan nilai? Untuk memperjelas jawaban di atas, kita dapat melihat berbagai status pendidikan nilai yakni : 1) Pendidikan nilai sebagai konsentrasi kajian Pendidikan nilai sebagai kosentrasi kajian terdapat di perguruan tinggi,
sepertiprogram pasca sarjana.2) Sebagai Mata
pelajaran Moral dan Agama Mata pelajaran agama dan moral merupakan bagian dari pendidikan
nilai.3) Sebagai bidang studi
pembulat Konsep ini banyak ditemukan di perguruan tinggi
dengan istilah-istilahpengelompokan mata kuliah.4) Pendidikan nilai dalam program integrasi Pendidikan nilai dapat terintegrasi atau terpadu dalam mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah. Artinya dalam pembelajaran bidang studi guru selalu memasukkan
pendidikan nilai dalam kegiatan pembelajaran. Istilah pembelajaran imtaq yang
tidak asing bagi pelaksana pendidikan di Indonesia merupakan salahsatu bentuk integrasi dalam
pembelajaran. Pembelajaran dalam berbagai mata pelajaran dapat
diintegrasikan dengan pendidikan nilai di Indonesia .5) Pendidikan nilai dalam program ekstrakurikuler Pendidikan nilai tidak cukup hanya dilaksanakan melalui pembelajaranformal dalam mata
pelajaran. Bahkan kadang pembelajaran nilai di dalam kelaskadang kurang
menyentuh pendidikan nilai yang sesungguhnya. Pendidikan nilai dapat dilakukan
di mana saja dan dalam
situasi apapun. Dalam kegiatan ekstrakurikuler, dapat dikembangkan program pendidikan nilai yang sangat
strategis .6) Pendidikan nilai dalam
pengembangan kurikulum tersembunyi Hidden curriculum atau kurikulum tersembunyi
merupakan kurikulum yangberkembang secara alamiah atau tidak direncanakan secara khusus. Diantara keenam
pendekatan cara pendidikan nilai yang disebutkan di atas,nomor 2,4,5, dan 6
yang paling memungkinkan untuk dikembangkan pada pendidikanSMP. Bagaimana
strategi untuk pembentukan dan pengembangan nilai-nilai luhurseperti diterangkan di atas?
Menurut Krathwohl (1964), proses pembentukan (dan pengembangan) nilai-nilai pada anak didik itu ada lima tahap. :
a.
Receiving (menyimak dan menerima). Dalam hal ini anak menerima secara aktif,artinya
anak telah memilih
untuk kemudian menerima nilai. Jadi pada
tahap ini anak baru menerima saja.
b.
Responding (menanggapi). Pada tahap ini anak sudah mulai bersedia menerima dan menanggapi secara aktif. Dalam hal ini ada
tiga tahapan sendiri, yakni manut(menurut), bersedia menaggapi, dan puas dalam menaggapi.
c.
Valuing (memberi nilai), pada tahap ini anak sudah mulai mampu membangun persepsi dan
kepercayaan terkait dengan nilai yang diterima. Pada tahap ini adatiga
tingkatan yakni : percaya terhadap nilai yang diterima, merasa terikat dengan nilai dipercayai, dan memiliki keterkaitan batin dengan nilai yang
diterima.
d.
Organization, dimana anak mulai mengatur sistem nilai yang ia terima
untuk ditata dalam
dirinya dalam konteks perilaku.
e.
Characterization, atau karakterisasi nilai yang ditandai dengan ketidakpuasan seseorang untuk mengorganisir sistem nilai yang diyakininya dalam
hidupnyayang serba mapan, ajek, dan konsisten.
Dalam pendidikan nilai kita
menginginkan munculnya
kesadaran pelaksanaan nilai-nilai
positif dan menghindarkan nilai-nilai negatif. Nilai-nilai positif tersebutadalah : amal saleh, amanah,
antisipatif, baik sangka, kerja keras, beradab, beraniberbuat benar, berani
memikul resiko, berdisiplin, lapang hati, berlembut hati,beriman dan bertakwa,
berinisiatif, berkemauan keras, berkepribadian, berpikiranjauh ke depan, bersahaja, bersemangat,
bersifat konstruktif, bersyukur,bertanggungjawab, bertenggangrasa, bijaksana,
cerdas, cermat, demokratis, dinamis,efisien, empati, gigih, hemat, ikhlas,
jujur, kesatria, komitmen, kooperatif, kospmopolitan
(mendunia), kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, manusiawi, mawasdiri,
mencintai ilmu, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai
pendapat orang lain, menghargai waktu, patriotik, pemaaf, pemurah, pengabdian, berpengendalian diri,
produktif, rajin, ramah, rasa indah, rasa kasih sayang, rasa keterikatan,
rasa malu, rasa memiliki, rasa percaya diri, rela berkorban,rendah hati, sabar,
semangat kebersamaan, setia, siap mental, sikap adil, hormat,nalar, tertib,
sopan santun,
sportif, susila, taat asas, takut bersalah, tangguh, tawakal,tegar, tegas,
tekun, tepat janji, terbuka, ulet, dan sejenisnya.
Adapun nilai-nilai negatif
yang seharusnya dihindari adalah ; anti resiko,boros, bohong, buruk sangka,
biadab, curang, ceroboh,
cengeng, dengki, egois, fitnah, feodalistik, gila kekuasaan, iri, ingkar janji,
jorok, keras kepala, khianat, kedaerahan, kikir, kufur, konsumtif,
kasar, kesukuan, licik, lupa diri, lalai, munafik, malas, menggampangkan,
materialistik, mudah percaya, mementingkan golongan, mudah terpengaruh, mudah tergoda,
rendah diri, meremehkan, melecehkan, menyalahkan, menggunjing, masa bodoh,
otoriter, pemarah, pendendam, pembenci, pesimis, pengecut, pencemooh,
perusak, provokatif, putus asa, ria, sombong, serakah, sekuler, takabur, tertutup,
tergesa-gesa, tergantung, omong kosong, picik, dan sejenisnya. (Sjarkawi,
2008:35)
C.
Pengertian dan Hakikat Karakter
Menurut Ryan & Bohlin (1999), karakter
merupakan suatu pola perilaku seseorang. Orang yang berkarakter baik memiliki pemahaman tentang
kebaikan, menyukai kebaikan, dan mengerjakan kebaikan tersebut. Orang yang
perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2008) adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,
personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian,
berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut Howard Kirschenbaum (1995) karakter
memiliki ciri-ciri yakni memiliki tanggung jawab, sikap peduli, rasa hormat, berani, disiplin,
loyalitas yang tinggi, dan tenggang rasa. Seseorang yang mempunyai kesadaran
untuk berbuat baik dan yang terbaik serta bertindak sesuai dengan kesadaran
yang dimilikinya.
Pendidikan karakter bisa juga disebut
dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak, keduanya memiliki definisi dan
makna yang sama. Dimana tujuannya untuk membentuk kepribadian yang bermoral dan
mejadikan manusia lebih baik. Pendidikan karakter juga disebut sebagai pendidikan nilai, yakni
nilai-nilai luhur bangsa yang diturunkan secara turun temurun. Negara Indonesia
bersumber dari nilai Pancasila. Semuanya tertuang dalam 5 sila dalam Pancasila.
D.
Pendidikan IPS Sebagai Pendidikan Karakter
Pendidikan IPS adalah
bidang ilmu yang berbasis nilai. Tujuan dasar pembelajaranya untuk menjadikan
warga negara yang baik. Pendidikan IPS dan pendidikan karakter dua kesatuan
yang tidak dipisahkan,
keduanya memiliki keterkaitan. Pendidikan
karakter diartikan sebagai pendidikan nilai atau pendidikan moral. Pendidikan karakter secara mendasar bertujuan
memajukan generasi yang insan kamil. Pendidikan IPS memiliki tujuan yang sama dengan pendidikan karakter yakni menjadi warga
negara yang baik. Hal
tersebut didukung oleh pernyataan Gross dalam Darmadi (2007) bahwa values education as social studies to prepare
students to be well-fungtioning citizens in democratic society
Pembelajaran IPS berproses
seperti pembelajaran pada umumnya, harus dibangun sebagai proses transaksi kultural yang
mampu mengembangkan karakter peserta didik. Pada era digital saat sekarang
harus mampu mengembangkan pembelajaran IPS yang berbasis nilai tanpa
meninggalkan IPTEKS. Pada akhirnya kemajuan teknologi yang dijadikan basicnya adalah
karakter bangsa yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional.